Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia, disingkat PSSI,
adalah organisasi
induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga
sepak bola
di Indonesia.
PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan
Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo.
PSSI bergabung dengan FIFA
pada tahun 1952,
kemudian dengan AFC
pada tahun 1954.
PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia.
Ketua Umum PSSI sejak 18 April 2015 adalah La Nyalla Mattalitti.
PSSI dibentuk pada tanggal 19 April
1930 di Yogyakarta
dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai organisasi olahraga
yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran PSSI ada kaitannya dengan upaya politik
untuk menentang penjajahan. Apabila mau meneliti dan menganalisa lebih lanjut
saat-saat sebelum, selama, dan sesudah kelahirannya hingga 5 tahun pasca
proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, terlihat
jelas bahwa PSSI lahir dibidani oleh muatan politis, baik secara langsung
maupun tidak, untuk menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih
nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia
yang ikut bergabung.
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Ia menyelesaikan
pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman,
pada tahun 1927
dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan
Belanda,
Sizten en Lausada, yang
berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana dia merupakan satu-satunya orang Indonesia
yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan
tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, dia kemudian
memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut.
Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang
pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola,
dia menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah
disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda).
Soeratin melihat sepak bola
sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai
sarana untuk menentang Belanda.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan pertemuan dengan
tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta,
dan Bandung.
Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari
sergapan Polisi Belanda (PID).
Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta,
Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond
Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan
perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola
nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung,
Yogyakarta,
dan Solo
yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A.
Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota
lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir,
seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang
Kemudian pada tanggal 19 April
1930,
berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond
(Gatot), PSM - Persatuan sepak bola
Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir
Notopratomo), VVB - Vortenlandsche
Voetbal Bond Solo
(Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal
Bond (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische
Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond
(Pamoedji). Dari pertemuan tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan
PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia.
Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia
sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar